Jumat, 24 Februari 2012

Melatih Anak Bermental Juara


Setiap anak memiliki impian dan cita-cita yang berbeda-beda seperti ingin menjadi dokter, insinyur, atau pemain sepak bola. Semua yang diimpikan anak akan terwujud dengan dukungan moril, materi, serta lingkungan disekitar, termasuk lingkungan keluarga. Tanpa dukungan tersebut, anak kemungkinan agak sulit untuk meraih prestasi dan cita-cita yang mereka inginkan.
Banyak orang yang berpikir bahwasanya pendidikan yang tinggi akan menentukan keberhasilan sseorang. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak 100 % menjamin bahwasanya anak akan memiliki mental juara. Anak yang sangat pintar di sekolah dengan nilai yang tinggi dinyatakan sebagai juara yang sempurna.

Pada dasarnya, anak dikatakan menjadi juara saat anak berhasil melakukan suatu tugas. Banyak orang tua yang kurang menyadari makna sesungguhnya dari istilah sang juara. Sekarang adalah saatnya membentuk mental sang anak untuk menjadi mental juara. Orang tua diharapkan dapat membantu anak menang dalam setiap langkahnya dengan cara menghargai sekecil apapun prestasi yang dimiliki. Denagn demikian, anak akan belajar menghargai orang lain.

Dra.Puji lestari Prianto, M.Psi, dosen psikologi Pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyebutkan bahwa membentuk mental juara berarti melatih anak untuk lebih tangguh menghadapi segala tantangan hidup dan menjadi anak yang mandiri tentunya.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembentukan mental juara anak antara lain anak menjadi siap, tidak bergantung pada orang lain, percaya diri, tidak cepat putus asa, serta menjadi sosok pribadi yang terbiasa memecahkan masalah.

Cara cepat membantu anak membangun mental juara adalah dengan tidak selalu membantu anak dan tidak menganggap anak masih kecil. Selain itu, orang tua harus menanamkan motivasi dalam diri anak sehingga anak tidak harus selalu disuruh dan ditentukan lingkungannya.

Latih mental Juara Sejak Dini
Berdasarkan teori Erikson tentang psikososial anak, tahun-tahun pertama merupakan tahun pembentukan dasar kepribadian anak dan lingkungan sosial memiliki pengaruh yang amat besar.
Trust dan mistrust akan menyertai awal kehidupan anak. Trust menunjukkan adanya perasaan nyaman secara fisik dan sedikit rasa takut. Jika anak tidak merasa nyaman dengan lingkungannya, maka mistrust akan muncul. Untuk itu, utamakan kenyamanan dan kebahagiaan anak dengan cara yang menyenangkan. Jangan sampai anak merasa terpaksa melakukan sesuatu.
Selanjutnya, pada usia 1-3 tahun, akan muncul rasa autonomi dan shame and doubt. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan tingkah lakunya. Ketika anak mencoba sesuatu, autonomy akan muncul, sebaliknya jika nak banyak dilarang, maka akan menjadi pemalu.

Sementara itu, anak usia 3-5 tahun, anak memiliki initiative dan guilt. Masa ini muncul diusia pra-sekolah dimana anak mulai aktif dan beradaptasi dengan lingkungan. Berkembangnya rasa tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada anak. Pengalaman yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya sehari-hari akan menjadikan anak mandiri, penuh inisiatif, dan percaya pada dunia. Ini lah sebenarnya yang dibutuhkan pada mental juara sang anak.

0 komentar:

Posting Komentar