Setiap anak
memiliki impian dan cita-cita yang berbeda-beda seperti ingin menjadi dokter,
insinyur, atau pemain sepak bola. Semua yang diimpikan anak akan terwujud
dengan dukungan moril, materi, serta lingkungan disekitar, termasuk lingkungan
keluarga. Tanpa dukungan tersebut, anak kemungkinan agak sulit untuk meraih
prestasi dan cita-cita yang mereka inginkan.
Banyak orang
yang berpikir bahwasanya pendidikan yang tinggi akan menentukan keberhasilan
sseorang. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak 100 % menjamin bahwasanya
anak akan memiliki mental juara. Anak yang sangat pintar di sekolah dengan
nilai yang tinggi dinyatakan sebagai juara yang sempurna.
Pada dasarnya, anak dikatakan menjadi juara saat anak berhasil melakukan suatu
tugas. Banyak orang tua yang kurang menyadari makna sesungguhnya dari istilah
sang juara. Sekarang
adalah saatnya membentuk mental sang anak untuk menjadi mental juara. Orang tua
diharapkan dapat membantu anak menang dalam setiap langkahnya dengan cara
menghargai sekecil apapun prestasi yang dimiliki. Denagn demikian, anak akan
belajar menghargai orang lain.
Dra.Puji lestari Prianto, M.Psi, dosen
psikologi Pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyebutkan
bahwa membentuk mental juara berarti melatih anak untuk lebih tangguh
menghadapi segala tantangan hidup dan menjadi anak yang mandiri tentunya.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari
pembentukan mental juara anak antara lain anak menjadi siap, tidak bergantung
pada orang lain, percaya diri, tidak cepat putus asa, serta menjadi sosok
pribadi yang terbiasa memecahkan masalah.
Cara cepat membantu anak membangun mental
juara adalah dengan tidak selalu membantu anak dan tidak menganggap anak masih
kecil. Selain itu, orang tua harus menanamkan motivasi dalam diri anak sehingga
anak tidak harus selalu disuruh dan ditentukan lingkungannya.
Latih mental Juara Sejak Dini
Berdasarkan teori Erikson tentang psikososial
anak, tahun-tahun pertama merupakan tahun pembentukan dasar kepribadian anak
dan lingkungan sosial memiliki pengaruh yang amat besar.
Trust dan mistrust akan menyertai awal
kehidupan anak. Trust menunjukkan adanya perasaan nyaman secara fisik dan
sedikit rasa takut. Jika anak tidak merasa nyaman dengan lingkungannya, maka mistrust
akan muncul. Untuk itu, utamakan kenyamanan dan kebahagiaan anak dengan cara
yang menyenangkan. Jangan
sampai anak merasa terpaksa melakukan sesuatu.
Selanjutnya, pada usia 1-3 tahun, akan muncul rasa autonomi dan shame
and doubt. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan tingkah lakunya. Ketika
anak mencoba sesuatu, autonomy akan muncul, sebaliknya jika nak banyak
dilarang, maka akan menjadi pemalu.
Sementara itu, anak usia 3-5 tahun, anak
memiliki initiative dan guilt. Masa ini muncul diusia pra-sekolah
dimana anak mulai aktif dan beradaptasi dengan lingkungan. Berkembangnya rasa
tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada anak. Pengalaman yang
didapatkan dari lingkungan sekitarnya sehari-hari akan menjadikan anak mandiri,
penuh inisiatif, dan percaya pada dunia. Ini lah
sebenarnya yang dibutuhkan pada mental juara sang anak.
0 komentar:
Posting Komentar